JAKARTA (bantenbersatu.co.id) – Dua perempuan ini bernama Vivi dan Butet, mantan pemain sirkus Taman Safari Cisarua Bogor, Jawa Barat, yang berhasil kabur dari tempatnya bekerja.
Keduanya dari kelompok sesama pemain Sirkus Oriental Indonesia (SOI), lau kabur mengikuti orang yang baru dikenalnya untuk berlindung guna menghindari penyiksaan majikan yang bertubi-tubi dan berulang-ulang.
Menurut pengakuan keduanya, masih ada belasan orang mantan pegawai Sirkus Oriental Indonesia (SOI) yang lain juga kabur dari tempatnya bekerja, namun belum berani Speak Up.
Dikutip dari podcast yang dipandu oleh Reza Indragiri melalui tayangan youtube Madilog, bahwa kedua perempuan mantan pemain sirkus tersebut diperlakukan sangat biadab oleh mantan majikannya yakni pemilik Sirkus Oriental Indonesia yakni Yansen Manansang dan istrinya, Frans Manansang serta Tony Sumampau.
Kedua perempuan tersebut, masing-masing bernama Butet dan Vivi.
Keduanya memberikan keterangan kepada Reza di podcast tersebut, dengan didampingi kuasa hukumnya Muhammad Saleh.
Vivi mengaku pernah disiksa dan tidur selama tiga hari di kandang Macan dan dikencingi oleh binatang buas tersebut.
Ini terjadi akibat tindakan Vivi yang dinilai oleh majikan sebagai suatu kesalahan.
Tidak hanya itu, menurut Vivi beberapa waktu kemudian Dia selanjutnya dipindahkan ke salah satu ruangan lain di kantor tersebut, namun masih di areal Taman Safari Indonesia di Cisarua Bogor.
Di ruangan itu kakinya diikat (dipasung) menggunakan rantai besi. Dalam kondisi seperti itu, jika igin buang air besar dan kecil Vivi lalu berteriak-teriak minta dibukakan rantainya dibuka.
Selanjutnya Asisten Rumah Tangga (ART) yang berada di sekitar ruangan tersebut, menelpon majikan untuk minta persetujuan izin dibukakan rantainya sementara.
Setelah selesai buang air, kaki Vivi kembali dipasung dengan dipasangi rantai besi tadi.
Kendati dalam status terhukum namun Vivi juga masih diharuskan tetap berlatih dan bermain sirkus setiap malam.
Setelah selesai latihan, Vivipun kembali menjalani hukuman.
Saat ditanya oleh Reza, apa penyebab sehingga Ibu Vivi disiksa sedemikian rupa oleh majikan.
“Saya saat itu usai melakukan pertunjukan sirkus, ada seseorang yang mau berbicara dengan saya melalui celah-celah dinding pembatas. Namun ternyata perbuatan itu diketahui oleh majikan dan langsung menyeret saya dan langsung memasukan saya ke kandang macan dan dipasung,” tutur Vivi.
Menurut Vivi, karena tak tahan dengan bebagai siksaan, suatu hari pernah berusaha kabur namun tertangkap lagi dan kembali disiksa.
“ Saya ditempeleng, disetrum didepan teman-teman dan disaksikan oleh istri Bos Taman Safari Indonesia merangkap sebagai pemilik usaha Sirkus Oriental Indonesia tersebut,” katanya.
Vivi mengaku tak tau kapan dilahirkan dan siapa kedua orang tuanya.
“Saya enggak tahu, saya kan dari kecil udah diambil sama yang punya Taman Safari, tapi nggak tau diambilnya di mana,” tuturnya.
Kondisi serupa juga dialamai oleh Ibu Butet. Butet mengaku juga tak mengenal kedua orang tuanya termasuk di mana dilahirkan.
Yang dia tau, sudah diasuh oleh babysiter dan dibesarkan oleh keluarga pemilik Sirkus Oriental Indonesia.
Butet juga mengaku dipukul menggunakan balok kayu hingga pergelangan tangannya patah, karena suatu yang dinilai oleh majikan sebagai kesalahan.
Selain itu, Buten juga mengaku pernah dipukuli dan ditendang bahkan dipaksa memakan kotoran gajah karena sesuatu yang dinilah sebagai kesalahan.
Seiring dengan perjalanan waktu, Butet yang dulunya bayi lalu tumbuh menjadi remaja di tempat itu.
Sebagai seorang wanita normal Butet mengaku pernah mencintai dan berpacaran dengan salah seorang karyawan di tempat kerjanya tersebut.
Hubungan Butet dan pacarnya tanpa setahu majikan. Butet selanjutnya hamil.
Setelah itu Butetpun melahirkan, seorang anak perempuan di salah satu rumah sakit di Bandung.
“Anak tersebut langsung diambil oleh istri majikan dan tidak boleh bertemu dengan saya,” kata Butet.
Diceritakan Butet, sama dengan bayi-bayi lain yang berada di rumah pemilik sirkus tersebut, setelah agak besar lalu anaknya dilatih menjadi pemain sirkus.
Mereka dipekerjakan sebagai pemain sirkus bergabung dengan anak-anak seusianya di tempat itu.
“Ada beberapa anak yang masih bayi di rumah bos Taman Safari. Entah darimana, semuanya diurus oleh babysiters,” tutur Butet.
Sementara Muhammad Saleh, kuasa hukum kedua perempuan ini mengatakan, bahwa kasus pelanggaran dan eksploitasi anak ini sudah dilakukan sejak lama.
Pada tahun 1997, kasus ini pernah dilaporkan ke Komnas HAM, namun tidak jalan. Pernah juga dilaporkan ke kemeterian HAM, termasuk perlindungan perempuan dan anak.
“Rencananya kami akan juga melaporkan kasus ini ke DPR-RI komisi III dan Komisi 13, yang membidangi persoalan ini,” kata Muhammad Saleh.
Tidak putus sampai di situ rekomendasi juga dikirim ke pihak Taman Safari tetapi Sayangnya tidak ada jawaban konkrit,
Menurut Muhammad Saleh, ada perempuan dan laki-laki yang dipekerjakan di Taman Safari sebagai pemain sirkus sejak kecil selama puluhan tahun tanpa dibayar gaji.
Mereka juga tanpa boleh bersosialisasi dengan masyarakat luar. Sejak kecil mereka juga tidak disekolahkan, kecuali belajar membaca dan menghitung yang diajarkan oleh sesama karyawan di dalam,” kata Muhammad Saleh.
Dia meminta agar pemerintah tak boleh abai terhadap persoalan ini.
“Kita minta Taman Safari itu ditutup karena sampai hari ini tidak ada itikad baik untuk menyelesaikan kejahatan-kejahatan yang dilakukannya,” tegas Muhammad Saleh.
Pertunjukan sirkus ini, diselenggarakan di berbagai kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Keliling Surabaya hingga Aceh.
Sekitar 60 anak yang diambil sejak balita yang diambil tak tau dari mana, siapa orang tuanya bekerja tanpa dibayar gaji di perusahaan sirkus Taman Safari itu.
Mereka bekerja tidak menerima gaji sejak kecil dan tak menerima pendidikan formal. (Red 01/Wisnu)